Friday, June 5, 2015

Apakah sebenar benarnya Qolbu ?

APAKAH SEBENAR BENARNYA QOLBU?

Banyak orang memahami bahwa hati (qolbu) itu adalah segumpal daging dalam diri manusia. Pemahaman ini tidak salah karena didasarkan pada sabda Rasulullah S.A.W. sebagai berikut :

Ertinya : “… Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati (qolbu) “. (Riwayat Bukhori dan Muslim)
Namun pemahaman ini adalah pemahaman yang sangat mendasar yang diajarkan oleh Rosulullah Saw kepada umatnya yang pada waktu itu masih kental dengan kejahiliyahan dan tidak mau menerima sesuatu yang sulit difahami secara akal. Adapun maksudnya agar umatnya mudah mengerti dan tidak timbul banyak pertanyaan yang menjadikannya kembali kepada kemusyrikan dan kekufuran.

Menurut penjelasan K.H. Zainal Abidin Bazul Ashab (Pimpinan Pondok Pesantren Az-Zainiyyah, Nagrog – Sukabumi) bahasa yang digunakan oleh Rasulullah Saw dalam hadits di atas merupakan kepiawaian komunikasi ertinya yang dimaksudkan oleh beliau bukanlah hati yang berbentuk segumpal darah itu, akan tetapi tempat atau mahalnya berada tepat di bagian tersebut.

Qolbu adalah sebuah latifah/titik sensor/dimensi ketuhanan yang tidak mempunyai bentuk fisik sebagaimana difahami oleh sebagian kita. Untuk membuktikan bahwa qolbu itu bukanlah daging hati, kita bisa melihat dan menyaksikan seekor ayam atau kambing yang kita potong kemudian kita bedah perutnya maka kita akan menemukan pada hewan tersebut segumpal daging yang disebut daging hati, tapi pernahkah setelah kita cari kemudian kita temukan di dalam perut hewan yang sudah dibedah tersebut ada daging qolbu.

Kemudian kita pergi ke sebuah warung makan atau restoran lalu kita bertanya apakah disana ada sop daging hati atau goreng daging hati, maka pasti di salah satu warung makan atau restoran itu ada dan disediakan menu makanan dengan lauk sop atau goreng daging hati. Tapi coba kita tanyakan apakah disana ada sop atau goreng daging qolbu, maka jawabannya pasti tidak ada karena qolbu tidak diperjualbelikan dan bukan untuk dimakan dan bukan pula berbentuk segumpal daging.

Daging hati yang berbentuk segumpal daging itu dalam bahasa arab disebut “kabid” bukan qolbu. Adapun qolbu menurut Imam Al-Ghazali r.a adalah ruh, akal atau nafsu.

APA ITU RUH ? Firman Allah Swt dalam surah Al-Israa ayat 85 :
Artinya : dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".
Dalam kitab Sirrul Asrar karya Syekh Abdul Qodir Al-Jailani dikemukakan sebagai berikut : Makhluk yang pertama kali diciptakan oleh Allah Swt adalah ruh, ruh siapa? Ruh Muhammad Saw. Sebagaimana telah Allah firmankan dalam hadits qudsi : “Aku ciptakan ruh Muhammad dari cahaya-Ku”.
Ruh adalah hakikat Muhammad dan hakikat Muhammad disebut nur kenapa disebut nur ? Kerana bersih dari segala kegelapan. Ruh Muhammad adalah ruh termurni sebagai makhluk pertama dan asal seluruh makhluk, sebagaimana sabda beliau Saw : “aku dari Allah dan makhluk lain dari aku”.

Dari ruh Muhammad inilah Allah menciptakan semua ruh di alam lahut (negeri asal setelah 4.000 tahun dari penciptaan ruh Muhammad). Kemudian ruh-ruh tersebut diturunkan ke tempat yang terendah, dimasukkan kepada makhluk yang terendah, yaitu jasad. Jasad itu sendiri diciptakan Allah dari bumi yang tersusun dari empat unsur (tanah, air, api dan angin).

Setelah diwujudkan jasad itu maka Allah menitipkan ruh dari-Nya ke dalam jasad, dan sebagai barang titipan pastinya Allah akan mengambil kembali titipannya itu. Ketahuilah ruh itu memiliki perjanjian awal di negeri asalnya yaitu alam lahut dan isi perjanjiannya adalah ketika Allah bertanya kepada semua ruh : “Alastu birobbikum?” (Bukankah Aku ini Tuhanmu sekalian?) Ruh-ruh menjawab : “Benar, Engkau adalah Tuhan kami”. (Al-‘A’raf 172). Tapi sayang banyak ruh yang lupa dengan perjanjian awalnya terhadap Allah Swt, sehingga mereka terlena dan betah tinggal di dalam jasad sebagai tempat terendah bagi mereka.

Ruh-ruh yang setia dan tetap memegang perjanjian awal pada hakikatnya mereka tetap berada pada negeri asalnya yaitu alam lahut meskipun badannya di bumi. Namun sangat sedikit orang yang sedar dan berkeinginan pulang atau kembali ke negeri asalnya. Oleh karena itu Allah melimpahkan kenabian kepada ruh agung Muhammad sebagai penunjuk jalan dari kesesatan mereka. Nabi mengajak mereka agar kembali dan sampai serta bertemu dengan Allah Swt.

Tapi sebagai manusia biasa Nabi memiliki keterbatasan waktu di dunia ini untuk menjalankan tugasnya tersebut, maka kemudian Allah mewariskan tugas ini kepada para ulama yang soleh yang sudah mencapai kesucian ruh dan telah Allah berikan bashirah (pandangan yang jelas) kepadanya. Siapa mereka? Mereka adalah para wali Allah.

Para wali Allah sebagai ahli bashirah telah dibukakan mata hatinya untuk mengetahui jalan menuju Allah, mereka itulah yang disebut ahli ruhani.

Ruh terbagi ke dalam 4 bagian :

(1) Ruh Al-Qudsi (ruh termurni), yaitu ruh yang berada di alam lahut atau alam ma’rifat atau alam tertinggi. Ruh ini adalah hakikat manusia yang disimpan di dalam lubuk hati. Keberadaannya akan diketahui dengan taubat dan talqin kalimat “Laa Ilaaha Illallah”. Ruh ini dinamakan oleh ahli Tasawuf sebagai bayi ma’nawi (thiflul ma’ani). Ruh inilah yang senantiasa akan mampu berhubungan dengan Allah Swt sedangkan badan atau jasmani ini bukan mahromnya bagi Allah. Ruh Al-Qudsi telah Allah tempatkan di dalam rasa (sirri). Alatnya adalah ilmu hakikat, yaitu ilmu tauhid. Amalannya adalah mudawamah nama-nama Tauhid dengan lisan sir tanpa suara dan huruf. Siapapun tidak ada yang mampu melihat/menelitinya kecuali Allah. Adapun keuntungannya yaitu keluarnya tiflul ma’ani, musyahadah serta terarah dan melihat kepada zat Allah dalam keagungan-Nya dan dalam keindahan-Nya dengan penglihatan sirri.

(2) Ruh Sulthani, adalah ruh yang memiliki lapisan (balutan cahaya) di alam jabarut. Tempat ruh ini adalah fuad (mata hati). Alatnya adalah ma’rifat dan amalannya adalah mudawamah asma Allah dengan lisan dan hati (qolbu). Adapun keuntungan pengolahan dari ruh sultani adalah melihat pantulan “Jamalillah” (keindahan Allah). Tempatnya adalah di syurga ketiga yaitu syurga firdaus.

(3) Ruh Sairani Rawani (ruh ruhani), adalah ruh yang memiliki lapisan (balutan cahaya) di alam malakut. Tempatnya adalah hati (qolbu). Alatnya adalah mudawamah asma’ul bathin tanpa suara dan huruf, hasilnya adalah ma’rifat kepada Allah Swt, ilmu batin, memperoleh ketenangan didalam bergaul, hidupnya hati dan musyahadah di alam malakut (seperti menyaksikan syurga dan ahlinya dan malaikat-malaikatnya). Tempatnya di akhirat adalah syurga tingkat ke dua yaitu syurga na’im.

(4) Ruh Jismani, adalah ruh yang memiliki lapisan (balutan cahaya) di alam mulki (alam terendah bagi ruh). Ruh jismani Allah telah tempatkan di dalam jasad antara daging dan darah tepatnya di wilayah dada dan anggota badan yang zahir. Alat untuk mengolah ruh ini adalah syari’at, hasilnya adalah wilayah (pertolongan Allah), mukasyafah (terbukanya hijab antara manusia dengan Allah), dan musyahadah (merasa berhadap-hadapan dengan Allah) begitu pula karomatul kauniyah pada martabat kewalian seperti ; berjalan di atas air, terbang di udara, menyingkat jarak, mendengar dari jauh, melihat rahsia badan dsb. Keuntungan di akhirat akan ditempatkan di syurga ma’wa.

Setiap ruh itu mempunyai hanut (tempat) di daerah keberadaannya, dan bekal/alat pengolahannya dan keuntungan/hasil pengolahannya dan cara pengolahannya yang tidak pernah sia-sia yang diketahui secara tertutup (rahsia) mahupun secara terbuka. Oleh karena itu wajib bagi setiap manusia untuk mengetahui cara mengolah dirinya, sebab apa yang dilakukan di muka bumi ini akan diminta pertanggung jawabannya kelak di hari kiamat.

Tujuan utama didatangkannya manusia ke  alam terendah adalah agar manusia berupaya kembali mendekatkan diri kepada Allah dan mencapai darajat (kembalinya manusia ke tempat asalnya) dengan menggunakan hati (qolbu) dan jasad. Maka perlu ditanamkan bibit tauhid di ladang hati agar tumbuh menjadi pohon tauhid yang akarnya tertanam di dalam rasa dan menghasilkan buah tauhid untuk mencapai redha Allah Swt.

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menyebut ruh atau hakikat Muhammad itu adalah akal.

APA ITU AKAL ?

Kebanyakan kita mengatakan bahwa akal itu adalah otak, sehingga kalau kita berkata kepada orang lain “gunakan akalmu!” maka kita akan menunjuk dan mengarahkannya kepada kepala kita sebagai isyarat bahwa tempatnya akal disana. Ketahuilah wahai saudaraku akal bukanlah otak, jadi letak keberadaannya bukan di kepala. Keberadaan akal tidaklah berbentuk secara fisik sehingga tidak dapat dilihat oleh mata kepala ini. Tapi meskipun demikian, fungsi dan gerakannya dapat dirasakan.
Semoga Allah sentiasa menjaga kita dari kesesatan, semoga kita diberikan pemahaman yang mendalam akan akal ini sehingga kita tahu sebenarnya akal itu apa. Sulit saudaraku untuk yakin dan beriman dengan menggunakan otak kita ini, otak ini selalu menuntut bukti nyata, alasan dan sebab yang benar menurutnya. Dengan selalu menggunakan otak dan menuntut segala sesuatunya harus rasional akhirnya kita tidak bisa beriman secara betul-betul akan tetapi malah bermain-main dalam keimanan. Seperti dalam melaksanakan solat, perhatikanlah firman Allah berikut :
Ertinya : “dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) solat, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan, yang demikian itu adalah kerana mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal”. (Al-Maaidah ayat 58)

Akal adalah alat untuk berfikir dan memahami ayat-ayat Allah baik yang kauniyah mahupun quraniyah. Tapi berfikir dengan akal tidak seperti berfikir dengan otak, berfikir dengan akal itu akan berhujung dengan satu kesimpulan : “robbana maa kholaqta hadza baathila” tidak ada sesuatu apapun yang Allah telah ciptakan itu sia-sia. Apabila seseorang telah mempergunakan akalnya dalam berfikir dengan baik dan benar maka keimanannya akan semakin mantap dan terus meningkat.

Sekarang kita buktikan bahwa akal bukanlah otak, pernahkah anda makan goreng atau pepes ikan mas ? ketika kita makan dibahagian kepalanya akan terdapat yang disebut otak ikan. Tapi sekarang adakah di kepala ikan itu akal, maka pasti tidak ada kerana akal bukan di kepala dan akal bukan otak. Kalau akal diertikan otak seperti yang ada di kepala ikan maka berarti ikan juga punya akal. Jadi jelas bahwa akal bukanlah otak dan otak bukanlah akal. Akal itu adalah qolbu, sebagaimana Allah firmankan dalam surah Qoof ayat 37 :

Artinya : “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang Dia menyaksikannya”.
Dalam ayat di atas Allah menggunakan kata qolbun untuk menyatakan akal.

APA ITU NAFSU ?

Nafsu adalah elemen jiwa (unsur ruh) yang berpotensi mendorong pada tabi’at badaniyah/biologis dan mengajak diri pada berbagai amal baik atau buruk. Nafsu itu pula adalah ruh sebagaimana dimaksud dalam firman Allah surah At-Takwir ayat 7 :Artinya : “dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh)”.Nafsu di dalam ayat ini diartikan ruh.
Adapun nafsu memiliki tingkatan-tingkatan. Syekh Muhammad Nawawi Al-Jawi membagi nafsu dalam 7 tingkatan yang dikenal dengan istilah “marotibun nafsi” yaitu terdiri dari :

(1) Nafsu Amarah tempatnya adalah “ash-shodru” artinya dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :
1. Al-Bukhlu ertinya kikir atau pelit
2. Al-Hirsh ertinya tamak atau rakus
3. Al-Hasad ertinya hasud
4. Al-Jahl ertinya bodoh
5. Al-Kibr ertinya sombong
6. Asy-Syahwat ertinya keinginan duniawi

(2) Nafsu Lawwamah tempatnya adalah “al-qolbu” ertinya hati, tepatnya dua jari di bawah susu kiri. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :
1. Al-Laum ertinya mencela
2. Al-Hawa artinya bersenang-senang
3. Al-Makr ertinya menipu
4. Al-Ujb ertinya bangga diri
5. Al-Ghibah ertinya mengupat
6. Ar-Riya’ ertinya pamer amal
7. Az-Zulm ertinya zalim
8. Al-Kidzb ertinya dusta
9. Al-ghoflah ertinya lupa

(3) Nafsu Mulhimah tempatnya adalah “Ar-ruh” tepatnya dua jari di bawah susu kanan. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :
1. As-Sakhowah ertinya murah hati
2. Al-Qona’ah ertinya merasa cukup
3. Al-Hilm ertinya murah hati
4. At-Tawadhu’ ertinya rendah hati
5. At-Taubat ertinya taubat atau kembali kepada Alloh
6. As-Shobr ertinya sabar
7. At-Tahammul ertinya bertanggung jawab

(4) Nafsu Muthmainnah tempatnya adalah “As-Sirr” ertinya rahasia, tepatnya dua jari dari samping susu kiri kearah dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :
1. Al-Juud alertinya dermawan
2. At-tawakkul ertinya berserah diri
3. Al-Ibadah ertinya ibadah
4. Asy-Syukr ertinya syukur atau berterima kasih
5. Ar-Ridho ertinya redha
6. Al-Khosyah ertinya takut akan melanggar larangan

(5) Nafsu Rodhiyah tempatnya adalah “Sirr Assirr” ertinya sangat rahsia, tepatnya di jantung yang berfungsi menggerakkan seluruh tubuh. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :
1. Al-Karom ertinya
2. Az-Zuhd ertinya zuhud atau meninggalkan keduniawian
3. Al-Ikhlas ertinya ikhlas atau tanpa pamrih
4. Al-Waro’ ertinya meninggalkan syubhat
5. Ar-Riyadhoh ertinya latihan diri
6. Al-Wafa’ ertinya tepat janji

(6) Nafsu Mardhiyah tempatnya adalah “Al-khofiy” ertinya samar, tepatnya dua jari dari samping susu kanan ke tengah dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :
1. Husnul Khuluq ertinya baik akhlak
2. Tarku maa siwalloh ertinya meninggalkan selain Allah
3. Al-Luthfu bil kholqi ertinya lembut kepada makhluk
4. Hamluhum ‘ala sholah ertinya mengurus makhluk pada kebaikan
5. Shofhu ‘an dzunubihim ertinya mema’afkan kesalahan makhluk
6. Al-Mail ilaihim liikhrojihim min dzulumati thoba’ihim wa anfusihim ila anwari arwahihim ertinya mencintai makhluk dan cenderung perhatian kepada mereka guna mengeluarkannya dari kegelapan (keburukan) watak dan jiwa-jiwanya ke arah bercahayanya ruh-ruh mereka.

(7) Nafsu Kamilah tempatnya adalah “Al-Akhfa” ertinya sangat samar, tepatnya di tengah-tengah dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :
1. Ilmu Al’Yaqiin
2. Ainul Yaqiin
3. Haqqul Yaqiin

QOLBU = RUH = AKAL = NAFSU

Kenapa dikatakan demikian, kerana memang benar seperti itu adanya. Mari kita lihat bersama apabila ada di hadapan kita sosok mayat. Apabila saya tanyakan, mayat ini sudah tidak ada apanya : qolbunya, ruhnya, akalnya atau nafsunya. maka pasti jawabannya : “semuanya”.
Tidak salah apabila ada yang mengatakan qolbunya yang tidak ada, kerana ketika seseorang meninggal maka qolbunya yang selalu menjadi sumber perasa ketika masih hidup seperti ; sedih, senang, tenteram, menyesal, marah maka setelah meninggal perasaan di mayat itu hilang, dia tidak merasakan apa-apa lagi.
Tidak salah juga kalau orang berkata ruhnya yang tidak ada, kerana ruh adalah nyawa bagi mayat itu. Setelah ruhnya tidak ada maka mayat itu tidak bernyawa lagi, tidak bernafas lagi tidak berdetak lagi jantungnya serta nadinyapun tidak berdenyut lagi. Apabila ada yang mengatakan akalnya yang tidak ada, maka ini juga betul karena setelah meninggalnya seseorang maka mayat orang tersebut tidak akan berfikir lagi dan tidak akan faham lagi dengan ilmu-ilmu yang dulu pernah dipelajarinya selagi hidup.
Terakhir jika dikatakan yang tidak ada itu nafsunya, maka ini pun betul. Karena nafsu itu adalah unsur dalam jiwa orang yang masih hidup yang memiliki keinginan-keinginan baik maupun buruk. Dengan demikian setelah menjadi mayat maka tidak ada lagi pada mayat itu nafsunya sehingga dia tidak memiliki keinginan apapun.

Sekarang dapat kita simpulkan kalau semua jawaban tersebut adalah benar, maka bererti keempat nama yang berbeda itu adalah satu, sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Imam Al-Ghazali r.a : qolbu, ruh, akal dan nafsu itu adalah satu. (syai’un wahidun).

3 comments:

  1. Qobiltu ijazah..jazakallahu khairon.. Subahanallah semoga Rahmat Allah melimpah limpah kepada ustad.. Aamiin ya Robbal Aalaamiin

    ReplyDelete
  2. Mohon izin utk di screenshot.. Mahu tulis di buku agar dpt menjadi pengenalan ilmu dan di amalkan sampai ke anak cucu.. Aamiin ya Robbal Aalaamiin

    ReplyDelete
  3. Kobiltu mohon idzin di secrinshot 🙏

    ReplyDelete