Monday, January 18, 2021

Nasihat Buat Sang Salik

Wahai Salik,
Mari dengar Nasihat..

Ini bukan laginya
zaman ubi kayu,
Atau zaman salaf
Wali dulu dulu,
Ahli Sufi berpakaian
jubah bulu & biru,
Tapi ini zaman ahli
Tarekat kaki Bangku.

Wira dulu dulu
Arifbillah selalu,
Wali Wali bersuluk
di dalam kelambu,
Belajar ilmu Sufi susah
semacam mengira debu,
akal dan qalbunya
setajam macam peluru.

Salik zaman ini
salik haru biru,
Tiada bertarekat tapi
lagaknya bagai Guru,
Cakap tinggi tapi akal
macam Lembu.

Yang bertarekat riyak
macam Mahaguru,
Ditanya tentang
isi buah jambu,
Dijawabnya tentang
manggis & buah duku.

Akalnya berkerak
macam kulit labu,
Buta hati dan buta
Sir di Qalbu,
Ego macam batu
tenggelam dalam budu.

Sufi dulu dulu bertalaqi
beribu Syeikh dan Guru,
Bila ditanya tentang ilmu,
Tidak dijawabnya kerana
ingat pesan Guru agar
tahu malu sebelum
bicara ilmu Qalbu.

Sufi palsu zaman
ini riyak selalu,
Ilmu Fiqh agama
malas diburu,
tapi cakapnya bagai
arifin yang serba tahu,
Bila ditanya siapa gurumu,
Katanya Allah & Rasul guruku.

Si dungu tidak
mengaku dungu,
Ego lugunya berkarat
seperti batu,
Akhlaknya gelap kelabu,
jika ditegur dibalingnya
dengan batu.

Hati mudah berbulu
bagai kupu kupu,
Bila ditunjuki arah
nan yang dituju,
Wajahnya mula berubah
macam katak puru,
Perasan diri selalu
kerna tidak punya guru.

(Perbetulkan niat sebelum menuntut ilmu, jaga adab didepan Guru, tidak membangkang Nasihat Guru, dan tidak mencela di dalam hati pada Guru Guru yang ikhlas memberi panduan di dalam "berjalan" jangan sombong sekalipun telah ramai guru.)

Sunday, January 17, 2021

Tentang Ma'rifatullah

Ma’rifatullah adalah Mengenal Allah atau Mengetahui Allah dengan sebenar-benarnya.

Mengenal Allah ini bukan Mengenal melalui panca indera, karena Dia tidak dapat dicapai oleh Panca indera, sebagaimana firman-Nya: Dia tidak dapat dicapai oleh Mata.(Qs. Al An`am 6:103). Mengenal Allah juga bukan dengan Akal fikiran, karena Dia pun tidak tercapai dengan akal fikiran. sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW; Tafakkaru fi khalqillah wa ma tafakkaru fi Dzatillah azza wa jalla / Berfikir-fikirlah perihal tanda-tanda kebesaran Allah (ciptaan Allah), dan jangan berfikir-fikir terhadap Zat Allah.(HR. Thabrani, Baihaqi, Bukhari, Nasai, Hakim, Abu Nuaim). Dan Firman Allah; Dan Allah memperingatkan kamu dari (memikirkan) Diri-Nya.

Jadi Ma’rifatullah disini adalah dengan Hati, karena Hanya Hatilah yang mampu menerima Pandangan Allah, sehingga Hati Mendapatkan Cahaya Allah, dan Hati tidak dapat mendustakan apa telah dilihatnya.

Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak melihat bentuk tubuhmu dan tidak pula melihat rupamu tetapi Allah melihat hatimu.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah ‘Abdurrahman Bin Shakhr ra)

Hati yang bersih, di dalamnya ada Lampu yang ber-Cahaya, yang demikian itu adalah Hati orang mukmin.(HR. Ahmad dan Ath Thabarani dari Abu Said al-Khudri)

….orang – orang yg dibukakan Hatinya oleh Allah untuk berserah diri, maka dia mendapat Cahaya dari Tuhannya.(Qs.39:22)

Sahabat Nabi bertanya mengenai ayat ini; Apakah yg dimaksud di-buka-kan itu, wahai Rasul? Maka Rasulullah SAW, menjawab; Dibukakannya ialah dilapangkan. Pembukaan itu adalah kelapangan atau kelonggaran. Sesungguhnya Cahaya itu jika dilemparkan ke dalam Dada, maka Dada memuatnya dan menjadi lapang.(HR. Al-Hakim)

Bila Hati seseorang telah dimasuki oleh Cahaya maka Hati itu akan menjadi lapang dan terbuka.

Lalu orang banyak bertanya; apakah tandanya Hati yg lapang dan terbuka itu?
Jawab Rasulullah SAW; ada Perhatian terhadap kehidupan yg kekal di akhirat dan timbulnya pengertian tentang tipu daya kehidupan dunia ini dan Orang Bersedia menghadapi MATI SEBELUM DATANGNYA MATI.(HR. Ibnu Jurair)

Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya.(Qs.53:11)

Rasulullah Saw ditanya:
“Dimana Allah? dilangit ataukah dibumi?
Beliau Menjawab:”Didalam hati hamba-hamba-Nya yang beriman”
(Hadis yg diriwayatkan oleh ibnu Umar)

Nabi Saw Bersabda:
“sesungguhnya Allah mempunyai tempat(wadah) dari penduduk bumi. Wadah Tuhan kamu itu adalah hati hamba-hamba-Nya yang Saleh”
(HR.Thabrani dari ibnu Umar al-Khaulani)

Allah berfirman:
“Bumi dan langit-Ku tidak cukup memuat-Ku. Tetapi hati hamba-Ku yang beriman, yang lemah lembut dan tenanglah yang mampu memuat-Ku”(Hadis Qudsi).

Berkata Wahab bin Munabbih, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, Allah Ta’ala telah berfirman:
“Sesungguhnya semua petala langit-Ku dan bumi-Ku menjadi sempit untuk merangkul-Ku, akan tetapi Aku mudah untuk dirangkul oleh qalb hamba-Ku yang mu’min”. (HR. Ahmad)

Rasulullah SAW, bersabda:
“Bahwasanya hati anak Adam seluruhnya terletak diantara dua jari Tuhan yang Rahman.”(Hadis Riwayat Muslim)

Nabi kita Muhammad SAW menyuruh umatnya agar pertama sekali kita dalam beragama Islam adalah Mengenal Allah dengan sebenar-benarnya, sehingga mempunyai iman yang teguh. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: Awwaluddin Ma’rifatullah, artinya; Mula-mula beragama adalah Mengenal Allah.

Dalam hal Ma’rifatullah, Nabi Muhammad SAW pernah ditanya oleh seorang sahabat beliau; “Wahai Rasulullah, apakah amalan yang paling utama? Rasulullah SAW menjawab; Ilmu Mengetahui tentang Allah. Sahabat itu bertanya pula; Ilmu apa yang Nabi maksudkan? jawab Nabi SAW; Ilmu Mengetahui Allah dengan sebenar-benarnya. Sahabat itu rupanya menyangka Rasulullah SAW salah tanggap, lalu sahabat itu menegaskan; Wahai Rasullah kami bertanya tentang Amalan sedang anda menjawab tentang ilmu! jawab Nabi SAW pula; Sesungguhnya sedikit amalan akan berfaedah bila disertai dengan Ilmu mengetahui Allah dan banyak amalan tidaklah bermanfaat bila disertai dengan kejahilan tentang Allah SWT.

Dan di lain riwayat, ada seorang Arab badui datang kepada Nabi SAW lalu berkata; Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku ilmu yang aneh? Rasulullah SAW pun balik bertanya: apa yang kamu perbuat tentang induk ilmu sehingga kamu bertanya tentang keanehan-keanehannya? orang itupun bertanya; apakah induk ilmu itu, wahai Rasulullah? Nabi pun menjawab; Mengenal kepada Allah dengan sebenar-benarnya.

Rasulullah Saw pernah ditanya; Mengapa kami telah banyak berdoa, tetapi doa kami tidak dikabulkan? Beliaupun menjawab; Karena kalian berdoa kepada Tuhan yang tidak kalian Kenal.

Ma’rifatullah adalah ilmu yang sampai ketingkat keyakinan yang mutlak dalam mengenal ke-Esa-an Allah, baik itu Af’al, Asma, Sifat, dan Dzat-Nya. Dan Arifbillah (orang yang mengenal Allah) itu selalu merasa dan yakin bahwa dia bersama dengan Allah SWT dimana saja berada. Hal seperti inilah semulia-mulianya iman, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW;

Dari Abbadah bin Samat r.a, berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda;
“Semulia-mulianya iman seseorang yaitu ia Mengetahui bahwa Allah bersama dia dimana saja berada.” (HR. At Thabrani).

Allah SWT menciptakan makhluk adalah dengan tujuan yang paling utama, yaitu untuk Mengenal-Nya. sebagaimana Firman Allah di dalam Hadits Qudsi;

“Aku adalah Perbendaharaan yang tersembunyi, Aku ingin dikenal, maka kujadikan Makhluk supaya dengan Aku mereka kenal.”(HR. Bukhori)

Setelah kita mengenal Allah SWT, maka kita diwajibkan untuk mengabdi kepada-Nya. seperti Firman Allah di dalam Alquran;

Dan Aku tidak menjadikan Jin dan Manusia melainkan untuk mengabdi kepada-Ku. (Azzariyaat 51:56)

Dari Ali ibn Abi Thalib kwh, Rasulullah saw bersabda, Berfirman Allah Ta’ala:
“Barangsiapa berharap kepada selain Aku, tidak mengenal-Ku (ya’arifniy). Barangsiapa tidak mengenal-Ku, tidak mengabdi-kepada-Ku (ya’abudniy). Barangsiapa tidak mengabdi-kepada-Ku, maka berarti menjadi wajiblah (‘istawjaba) kemurkaan-Ku. Barangsiapa takut kepada selain Aku, halal baginya pembalasan-Ku”.

Manusia itu juga adalah Khalifah Allah yang diberi Amanat untuk Mengenal-Nya. Hal ini di isyaratkan di dalam Alquran;

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan Amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikulAmanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya. dan dipikullah Amanat itu oleh manusia, sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.(Al Ahzab;76)

Zalim dan bodoh karena lupa terhadap dirinya sendiri dan jatuh dari derajat yang tinggi, tidak menyadari akan fitrahnya sendiri sebagai makhluk yang dinilai mampu menyandang amanat Ilahi yaitu Mengenal Allah dan Meng-Esa-kan-Nya.

Amanat terbesar adalah Mengenal Allah dan Meng-Esa-kan-Nya, hal ini karena apabila Meng-Esa-kan Allah bukanlah Amanat yang tertinggi, maka Mengapa Allah berfirman di Alquran; Bahwa Dosa yang paling besar adalah Syirik.(QS. Al Luqman:13)

Jadi dari penjelasan ini marilah kita kembali kepada Fitrah yaitu Mengenal Allah.

Jalan untuk Mengenal Allah SWT adalah melalui Kepunyaan-Nya, yaitu Segala yang ada di langit dan di bumi, seperti yang difirmankan Allah SWT;

Qs.42:53;Jalan Allah (Ma’rifatullah) yaitu kepunyaan-Nya segala apa yang ada dilangit dan apa yang ada dibumi.

Dari seluruh kepunyaan-Nya apa yg ada dilangit dan apa yg ada dibumi,manusialah yg paling mulia dan paling sempurna.

Sesungguhnya telah Kami muliakan anak – anak Adam………(Al Isra 17 ; 70)

Aku ciptakan manusia dengan sempurna (ATIN 95 : 4).

Setelah sempurna kejadiannya Aku hembuskan Ruh-Ku ke dalamnya.( AL HIJR 15 : 29 ).

Maka dari itu,untuk mengenal Allah dengan sempurna haruslah melalui manusia itu sendiri.

Qs.41:53;Kami akan memperlihatkan kepada mereka ayat-ayat kami disegenap alam dan pada diri mereka sendiri,sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Dia itu Haq (benar adanya).

Dan sabda Nabi Muhammad saw; Orang yg benar-benar ma’rifat kepada Allah adalah yg lebih mengenal terhadap dirinya sendiri.

Qs.51:21;Dan di dalam dirimu sendiri, maka apakah kamu tidak melihat?

Qs.50:16;Kami lebih dekat daripada urat lehermu.

Qs.2:186;Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya tentang Aku, maka katakanlah bahwa Aku Dekat.

Nabi bersabda; Barang siapa mengenal dirinya maka mengenal Tuhannya.

Dari penjelasan-penjelasan ini sudah dapat memberi kita bahan untuk ber-Tafakkur tentang diri kita sendiri, sebagaimana Perintah Allah: Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang diri mereka sendiri? (Qs.30:8).

Maka Marilah kita ber-Tafakkur, Masuk Ke Dalam diri kita masing-masing!

Di dalam Mengenal Allah SWT itu ada tingkatannya, tingkat yang paling rendah adalah Mengenal Allah hanya sebatas Huruf dan nama Allah, hal ini ditunjukkan oleh Allah sendiri melalui Firman-Nya;

Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka; Siapakah yang menurunkan air dari langit, lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya? tentu mereka akan menjawab; Allah. Maka katakanlah; Segala puji bagi Allah! Tetapi kebanyakan mereka tidak Memahami (Allah).(Qs.29:63)

Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka; Siapakah yang menjadikan langit dan bumi? Tentu mereka menjawab; Allah. katakanlah; Segala puji bagi Allah. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (Allah).(Qs.31:25)

Dari ayat-ayat ini kita mengetahui bahwa mereka Mengenal Nama Allah SWT, tetapi mereka belum memahami dan Mengetahui dengan sebenar-benarnya tentang Allah SWT, sebagaimana Firman Allah:

Mereka Tidak Mengenal Allah dengan sebenar-benarnya.(Qs.22:74)

Dan tingkat yang paling Tinggi dalam Mengenal Allah itu adalah Nabi kita Muhammad SAW, para nabi, dan Para Wali Allah. Hal ini ditunjukkan di dalam sabda Nabi SAW;

Demi Allah, sesungguhnya aku yang lebih Mengetahui tentang Allah dan akulah yang sangat Takut kepada-Nya.(HR. Bukhori)

dan Firman Allah;
Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah Ulama (Orang yang Mengetahui).(Qs.35:28)

Apabila kita hubungkan antara ayat ini dengan hadis Nabi SAW, maka jelas bahwa yang dimaksud Ulama dalam ayat tersebut adalah Orang yang Mengetahui Allah Robbul Alamin.

Jadi, dalam hal Mengenal Allah SWT diperlukan Hati yang telah Mendapatkan Cahaya-Nya, karena hanya dengan Cahaya-Nya lah Hati akan Mengenal Allah.

Marilah kita Memohon kepada Allah untuk ma’rifat-Nya, seperti yang diberikan kepada Kekasih-Kekasih-Nya yaitu Nabi kita Muhammad SAW, Para Nabi, Para Wali. Dan semoga kita tidak seperti apa yang di=Firmankan Allah dalam Alquran;

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk Neraka kebanyakan dari Jin dan Manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakan untuk Memahami (Allah), dan mereka mempunyai mata tetsapi tidak dipergunakan untuk melihat, dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakan untuk mendengar.(Qs.7:179)